Minggu, 07 Desember 2008

Universitas - Perencanaan & Instruksi Teacher Centered

Perencanaan pelajaran Teacher-Centered

Tiga alat umum sekolah yang berguna dalam perencanaan teacher-centered adalah menciptakan sasaran behavioral (perilaku), menganalisis tugas, dan menyusun taksonomi (klasifikasi) instruksional.

Menciptakan sasaran behavioral

Sasaran behavioral adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan terjadi dalam kinerja murid. Menurut Robert Mager (1962), sasaran behavioral harus spesifik. Mager percaya bahwa sasaran behavioral harus mengandung tiga bagian:

  • Perilaku murid. Fokus pada apa yang akan dipelajari atau dilakukan murid.
  • Kondisi di mana perilaku terjadi. Menyatakan bagaimana perilaku akan dievaluasi atau dites.
  • Kriteria kinerja. Menentukan level kinerja yang dapat diterima.

Menganalisis tugas

Alat lain dalam perencanaan teacher-centered adalah analisis tugas, yang difokuskan pada pemecahan suatu tugas kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen-komponen (Alberto & Troutman, 1999). Analisis ini dapat melalui tiga langkah dasar (Moyer & Dardig, 1978):

  1. Menentukan keahlian atau konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
  2. Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas, seperti kertas, pensil, kalkulator, dan sebagainya.
  3. Mendaftar semua komponen tugas yang harus dilakukan.

Menyusun taksonomi instruksional

Taksonomi instruksional juga membantu pendekatan teacher-centered. Taksonomi adalah sistem klasifikasi. Taksonomi bloom dikembangkan oleh Benjamin Bloom dan kawan-kawannya (1956). Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi tiga domain: kognitif, afektif, dan psikomotor.

Domain kognitif. Taksonomi kognitif Bloom mengandung enam sasaran (Bloom dkk., 1956):

· Pengetahuan. Murid punya kemampuan untuk mengingat informasi.

· Pemahaman. Murid memahami informasi dan dapat menerangkannya dengan menggunakan kalimat mereka sendiri.

· Aplikasi. Murid menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah kehidupan nyata.

· Analisis. Murid memecah informasi yang kompleks menjadi bagian kecil-kecil dan mengaitkan informasi dengan informasi lain.

· Sintesis. Murid mengkombinasikan elemen-elemen dan menciptakan informasi baru.

· Evaluasi. Murid membuat penilaian dan keputusan yang baik.

Domain afektif. Taksonomi afektif terdiri dari lima sasaran yang berhubungan dengan respon emosional terhadap tugas (Kratheohl, Bloom, & Masia, 1964). Masing-masing dari lima sasaran itu mensyaratkan agar murid menunjukkan tingkat komitmen atau intensitas emosional tertentu:

· Penerimaan. Murid mengetahui atau memperhatikan sesuatu di lingkungan.

· Respon. Murid termotivasi untuk belajar dan menunjukkan perilaku baru sebagai hasil dari pengalamannya.

· Menghargai. Murid terlibat atau berkomitmen pada beberapa pengalaman.

· Pengorganisasian. Murid mengintegrasikan nilai baru ke perangkat nilai yang sudah ada dan memberi prioritas yang tepat.

· Menghargai karakterisasi. Murid bertindak sesuai dengan nilai tersebut dan berkomitmennya pada nilai tersebut.

Domain psikomotor. Kebanyakan dari kita menghubungkan aktivitas motor dengan pendidikan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek lain, seperti menulis dengan tangan dan pengolahan kata, juga membutuhkan gerakan. Sasaran psikomotor menurut Bloom adalah:

  • Gerak refleks. Murid merespon suatu stimulus secara refleks tanpa perlu banyak berpikir.
  • Gerak fundamental dasar. Murid melakukan gerakan dasar untuk tujuan tertentu.
  • Kemampuan perseptual. Murid menggunakan indra, seperti penglihatan, pendengaran, atau sentuhan, untuk melakukan sesuatu.
  • Kemampuan fisik. Murid mengembangkan daya tahan, kekuatan, fleksibilitas, dan kegesitan.
  • Gerakan terlatih. Murid melakukan ketrampilan fisik yang kompleks dengan lancar.
  • Prilaku nondiskusif. Murid mengkomunikasikan perasaan dan emosinya melalui gerak tubuh.

Taksonomi Bloom untuk domain kognitif, afektif, dan psikomotor dapat digunakan oleh guru untuk merancang instruksi. Di masa lalu, perencanaan instruksional umumnya difokuskan pada sasaran kognitif atau behavioral. Taksonomi Bloom memberikan pertimbangan yang lebih luas dengan memasukkan domain afektif dan psikomotor.

Belakangan ini, sekelompok psikolog pendidikan memperbarui pengetahuan Bloom dan dimensi proses kognitifnya berdasarkan teori dan temuan terbaru (Anderson & Krathwohl, 2001). Dalam pembaharuan ini, dimensi pengetahuan mengandung 4 kategori:

· Faktual. Elemen dasar yang harus diketahui murid agar bisa menguasai suatu disiplin ilmu dan memecahkan problem didalamnya.

· Konseptual. Keterkaitan antar elemen dasar didalam struktur yang lebih besar yang membuatnya bisa berfungsi bersama.

· Prosedural. Bagaimana melakukan sesuatu, metode penelitian, dan kriteria untuk menggunakan suatu keahlian.

· Metakognitif. Pengetahuan kognisi dan kesadaran akan kognisi seseorang.

Dalam pembaharuan dimensi proses kognitif, 6 kategori berada didalam kontinum kurang kompleks sampai lebih kompleks:

· Mengingat. Mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.

· Memahami. Mengkonstruksi makna dari instruksi yang mencakup mengintepretasi, mencontohkan, mengklasifikasi, meringkas, mengambil kesimpulan, membandingkan dan menjelaskan.

· Menganalisis. Memecah materi menjadi bagian-bagian komponen dan menentukan bagaimana bagian-bagian itu saling berhubungan satu sama lain dan bagaimana mereka berhubungan dengan keseluruhan atau dengan tujuan.

· Mengevaluasi. Membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standar tertentu.

· Mencipta. Menyatukan elemen-elemen untuk membentuk satu kesatuan yang koheren atau fungsional; mereorganisasi elemen-elemen ke dalam pola atau struktur baru.

Strategi instruksional teacher-centered

Banyak strategi teacher-centered merefleksikan instruksi langsung. Di sini kita akan berbicara tentang mengorientasikan murid pada materi baru; mengajar, menjelaskan dan mendemonstrasikan; menanyakan dan diskusi; penguasaan pembelajaran; tugas di kelas; dan pekerjaan rumah.

Mengorientasikan. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, susunlah kerangka pelajaran dan orientasikan murid ke materi baru tersebut (Joyce & Weil, 1996): (1) review aktivitas sehari sebelumnya; (2) diskusikan sasaran pelajaran; (3) beri instruksi yang jelas tentang tugas yang harus dilakukan; dan (4) beri ulasan atas pelajaran hari ini.

Pengajaran, penjelasan, dan demonstrasi. Pengajaran dengan paparan atau ceramah, penjelasan dan demonstrasi adalah aktivitas yang biasa dilakukan guru dalam pendekatan instruksi langsung. Penelitian telah menemukan bahwa guru yang efektif menghabiskan lebih banyak waktu untuk menerangkan dan mendemonstrasikan materi baru (Rosenshine, 1985).

Pertanyaan dan diskusi. Diskusi dan pertanyaan perlu diintegrasikan kedalam pendekatan instruksi teacher-centered (Weinstein, 1997). Dalam menggunakan strategi ini, adalah penting untuk merespon setiap kebutuhan pembelajaran murid sambil menjaga minat dan perhatian kelompok. Yang menjadi persoalan adalah murid laki-laki biasanya lebih mendominasi diskusi ketimbang murid perempuan.

Mastery learning. Mastery learning adalah pembelajaran satu konsep atau topik secara menyeluruh sebelum pindah ke topik yang lebih sulit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mastery learning efektif dalam meningkatkan waktu yang dihabiskan murid untuk mempelajari suatu tugas (Kulik, Kulik, & Bangert-Drowns, 1990), tetapi peneliti lain tidak banyak mendapat bukti untuk mendukung pendeketan mastery learning ini (Bangert, Kulik, & Kulik, 1983). Hasil dari mastery learning tergantung pada keahlian guru dalam merencanakan dan melaksanakan strateginya.

Seatwork. Seatwork adalah menyuruh semua murid atau sebagian besar murid untuk belajar sendiri-sendiri di bangku mereka. Guru berbeda-beda dalam menggunakan pendekatan ini. Beberapa guru menggunakannya setiap hari, tapi ada juga yang jarang.

Pekerjaan rumah. Keputusan instruksional penting lainnya adalah seberapa banyak dan apa jenis pekerjaan rumah yang harus diberikan kepada murid.

Perencanaan dan instruksi pelajaran learner-centered

Prinsip learner-centered

Instruksi dan perencanaan learner-centered adalah pada siswa, bukan guru. Dalam studi, persepsi murid terhadp lingkungan pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru merupakan faktor terpenting yang memberikan motivasi dan prestasi murid (McCombs, 2001; McCombs & Quiat, 2001).

Faktor kognitif dan metakognitif

Ada 6 prinsip:

  1. sifat proses pembelajaran. Pembelajaran subjek materi yang kompleks akan sangat efektif jika dilakukan dengan melalui proses pengonstruksian makna dan dari informasi dan pengalaman.
  2. tujuan proses pembelajaran. Pelajar yang sukses, dengan bantuan dan pedoman instruksional, dapat menciptakan representasi pengetahuan yang bermakna dan koheren.
  3. konstruksi pengetahuan. Pelajar yang sukses bisa menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan cara yang mengandung makna tertentu.
  4. pemikiran strategis. Pelajar yang sukses dapat menciptakan dan menggunakan berbagai strategi pemikiran dan penalaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
  5. memikirkan tentang pemikiran (metakognisi). Pelajar yang sukses adalah pelajar yang metakognitif. Mereka merenungkan cara mereka belajar dan berpikir, menentukan tujuan pembelajaran yang terarah, memilih strategi yang tepat, dan memantau kemajuan mereka menuju tujuan pembelajaran.
  6. konteks pembelajaran. Pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti kultur, teknologi, dan praktik instruksional. Guru memainkan peran penting dalam pembelajaran anak.

Faktor motivasi dan emosional

  1. pengaruh motivasi dan emosi terhadap pembelajaran. Apa dan seberapa banyak hal-hal yang dipelajari akan dipengaruhi oleh motivasi pelajar. Keyakinan dan ekspektasi pelajar akan memperkuat atau melemahkan kualitas pemikiran dan pemrosesan informasi.
  2. motivasi intrinsik untuk belajar. Motivas intrinsik adalah motivasi dari diri sendiri. Rasa ingin tahu, pemikiran mendalam, dan kreativitas adalah indikator yang baik dari motivasi intrinsik anak untuk belajar. Guru mendukung motivasi intrinsik anak dengan mendukung rasa ingin tahu mereka dan peka terhadap perbedaan individual dalam motivasi anak-anak.
  3. efek motivasi terhadap usaha. Usaha adalah aspek penting dari motivasi untuk belajar. Pembelajaran yang efektif membutuhkan banyak waktu, energi , dan ketekunan.

Faktor sosial dan developmental

  1. pengaruh perkembangan pada pembelajaran. Individu akan belajar dengan baik apabila pembelajarannya sesuai dengan tingkat perkembangan anak. kesadaran dan pemahaman akan variasi perkembangan dalam anak-anak dapat membantu penciptaan konteks pembelajaran yang optimal.
  2. pengaruh sosial terhadap pembelajaran. Pembelajaran dipengaruhi oleh interaksi sosial, hubungan interpersonal, dan komunikasi dengan orang lain. Dalam situasi ini, anak-anak punya kesempatan untuk menciptakan perspektif dan berpikir reflektif sehingga bisa memperkuat rasa percaya diri dan perkembangan mereka.

Faktor perbedaan individual

  1. perbedaan individual dalam pembelajaran. Anak punya strategi yang berbeda, pendekatan berbeda, dan kemampuan berbeda untuk belajar. Perbedaan ini akibat dari pengalaman dan hereditas.
  2. pembelajaran dan diversitas. Pembelajaran akan lebih efektif jika perbedaan bahasa, kultural, dan latar belakang sosia murid ikut dipertimbangkan. Prinsip dasar yang sama dari pembelajaran, motivasi, dan instruksi berlaku untuk semua anak.
  3. standar dan penilaian. Menentukan standar yang tinggi dan menantang, dan menilai kemajuan pembelajaran dari siswa adalah bagian integral dari proses pembelajaran. pembelajaran yang efektif terjadi ketika murid ditantang untuk bekerja meraih tujuan yang tinggi dan tepat. Penilaian diri atas kemajuan pembelajaran dapat membantu meningkatkan keahlian murid dalam menilai diri sendiri.

Beberapa strategi instruksional learner-centered

Pembelajaran berbasis problem. Menekankan pada pemecahan problem kehidupan nyata. Kurikulum berbasis problem akan memberi problem nyata pada murid, yakni problem yang muncul dalam kehidupan sehari-hari (Jones, Rasmussen, & Moffitt, 1997). Murid mengidentifikasi problem atau issue yang ingin mereka bahas, kemudian mencari materi dan sumber bahan lain yang mereka butuhkan untuk menangani problem tersebut. Guru bertindak sebagai pembimbing, membantu murid memonitor upaya pemecahan mereka.

Pertanyaan esensial. Adalah pertanyaan yang merefleksikan inti dari kurikulum, hal paling penting yang harus dieksplorasi dan dipelajari oleh murid (Jacobs, 1997).

Pembelajaran penemuan. Adalah pembelajaran dimana murid menyusun pemahaman sendiri. Pembelajaran penemuan berbeda dengan pendekatan instruksi langsung, dimana guru menjelaskan secara langsung informasi kepada murid. Dalam pembelajaran penemuan, murid harus mencari tahu sendiri. Pembelajan penemuan ini berhubungan dengan ide Piaget, yang pernah mengatakan bahwa setiap kali Anda memberi tahu murid, maka murid tidak belajar

Dewey (1933) dan Bruner (1966) mempromosikan konsep pembelajaran penemuan dengan mendorong guru untuk memberi murid kesempatan belajar sendiri. Menurut mereka, pembelajaran penemuan mendorong murid untuk berpikir sendiri dan menemukan cara menyusun dan mendapatkan pengetahuan. Metode ini juga memupuk rasa ingin tahu mereka.

Tidak ada komentar: